Samarinda – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 mencapai USD 22,43 miliar, menunjukkan peningkatan 16,40 persen dibandingkan Februari 2024.
Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan Maret 2023, ekspor nasional masih mengalami penurunan 4,19 persen (year-on-year/yoy).
“Peningkatan ekspor nonmigas, khususnya pada komoditas logam mulia, perhiasan, dan besi baja menjadi kontributor utama kenaikan di bulan Maret,” jelas Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasari dalam konferensi pers, Senin 22 April 2024.
Perhiasan dan besi baja masing-masing menyumbang 4,85 persen dan 2,35 persen terhadap total ekspor nonmigas. Lemak dan minyak hewan atau nabati juga turut mendorong dengan kontribusi 1,71 persen.
Secara tahunan, semua sektor mengalami peningkatan kecuali sektor pertambangan dan lainnya yang turun 19,72 persen. Sementara untuk ekspor komoditas pertanian tercatat naik 14,07 persen.
“Batu bara, besi baja, dan CPO beserta turunannya masih menjadi primadona ekspor nonmigas, dengan total nilai mencapai 29,54 persen di bulan Maret,” ungkap Amalia.
Namun, di antara komoditas unggulan tersebut, ekspor batu bara mengalami penurunan bulanan, sedangkan besi baja dan CPO dan turunannya menunjukkan tren positif.
Secara keseluruhan, pada periode Januari-Maret 2024, nilai ekspor Indonesia mencapai USD 62,20 miliar, turun 7,25 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh kombinasi penurunan ekspor migas dan nonmigas.
Meskipun masih dibayangi tren tahunan yang negatif, peningkatan ekspor nonmigas di bulan Maret menunjukkan sinyal positif bagi pemulihan ekonomi nasional.
Pranala: Prolog.co.id