GPEI Kaltim Berkomitmen untuk Bentuk Iklim Kreatif dan Produksi Barang Berharga dari Limbah

Contoh produk kreatif. (Ist)
Contoh produk kreatif. (Ist)
Samarinda – Ekspor produk kerajinan dan kreatif dari Kaltim memang belum sebesar produk-produk batu bara, migas, manufaktur, hingga primer. Mengacu pada data yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor di Kementerian Perdagangan (Kemendag), ada tiga produk kreatif yang diekspor dari Kaltim. Di antaranya, ada kerajinan patung dan ornamen keramik, tas kulit lainnya, dan produk kulit lainnya. Khusus produk kerajinan, importir utamanya ada dari Amerika Serikat (USD 10,05 miliar), Jerman (USD 1,86 miliar), Prancis (USD 1,22 miliar), Inggris (USD 1,16 miliar), dan Jepang (USD 1,12 miliar). Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim, M Hamzah mengatakan bahwa pihaknya turut memerhatikan perkembangan produk kreatif. Dalam hal ini, dia menegaskan ingin membentuk iklim kreatif yang melibatkan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, GPEI Kaltim juga bekerja sama dengan Gerakan Masyarakat Mengolah Sampah Samarinda (GEMAS). Dia mengatakan, komunitas tersebut memiliki semangat untuk berkreasi dengan cara mengolah sampah. “Kami sedang memulai itu (membentuk iklim kreatif). GEMAS punya semangat untuk berkreasi dan mereka mampu mengubah dari sampah menjadi barang berharga,” jelas Hamzah saat dihubungi beberapa waktu lalu. Hamzah menilai, orang-orang yang tergabung ke dalam komunitas itu secara karakter sudah terbentuk. Oleh sebab itu, pihaknya mendukung dengan cara menyediakan fasilitas untuk GEMAS berkreasi. “Kami berikan akses, tempat, dan lain-lain. Sudah ada 300 sekolah yang kerja sama dengan GEMAS. Kami memang masuk lewat sekolah mulai SMP, SMA, dan SMK,” lanjut Hamzah. Hamzah mengatakan, kerja sama ini masih dan akan terus berjalan. Meski baru berjalan sejak beberapa bulan lalu, namun sudah ada sejumlah sekolah yang tertarik untuk mengikuti pelatihan mengolah sampah menjadi barang berharga. “Pelatihan itu juga memacu motivasi. Kami mencari mereka yang punya kreativitas dan mendukungnya,” sambungnya. Sejauh ini, sekolah-sekolah yang sudah disambangi GPEI Kaltim bersama GEMAS masih di seputaran Kutai Kartanegara (Kukar) dan Samarinda. Hamzah juga melihat banyak kepala sekolah yang antusias dengan program kerja sama itu. Menurut Hamzah, untuk membangun jiwa wirausaha pada seseorang tentu harus dimulai dengan membentuk iklimnya terlebih dahulu. Jika iklimnya sudah jadi, maka masyarakatnya otomatis akan produktif. “Barang-barang yang diolah dari sampah itu bisa sendok, centong, intinya yang digunakan setiap hari. Sampah yang dimaksud bukan sampah rumah tangga, tapi barang tak terpakai seperti ranting kayu atau biji-bijian yang jatuh dari pohon,” jelas Hamzah. Saat ini, hasil karya dari daur ulang sampah itu memiliki nilai kegunaan yang lebih. Sehingga pihaknya memutuskan untuk menjualnya di toko fisik yang berlokasi di kantor GPEI Kaltim, di Kawasan Citra Niaga. “Toko fisiknya sudah ada, di kantor GPEI Kaltim. Ada yang sudah belanja. Ini kan bukti bahwa barang yang awalnya tidak berharga jadi punya nilai lebih,” tutupnya. Sumber: Prolog.co.id

Berita Lainnya