Junjung Sinergitas Kembangkan Ekspor Kaltim

Ilustrasi pengelolaan sumber daya alam di Kaltim. (Ist)

Samarinda – Kalimantan Timur (Kaltim) punya andil besar terhadap neraca perdagangan nasional. Peran itu terlihat pada 2022 lalu, Benua Etam menduduki jajaran tertinggi daerah penyumbang ekspor di Indonesia.

Gubernur Kaltim, Isran Noor menerangkan, nilai ekspor Kaltim pada Oktober 2022 lalu tercatat sebanyak USD 3,25 miliar atau setara Rp 45,5 triliun. Atau terjadi surplus USD 2,67 miliar atau sebesar Rp 37,3 triliun.

Kaltim dan Jawa Barat, merupakan dua provinsi tertinggi dalam ekspor nonmigas. Isran mengakui, Kaltim sedikit di bawah Jawa Barat dalam nilai ekspor ini.

Menurut Isran, Kaltim masih unggul di klasifikasi produktivitas. Sebab, penduduk Jawa Barat hampir mencapai 50 juta orang. Sementara Kaltim penduduknya kurang dari 4 juta orang. Sehingga dengan nilai ekspor tersebut, produktivitas Kaltim masih tinggi.

“Produktivitas kaltim tinggi, dalam bidang apa saja. untuk mendatangkan devisa nilai ekspor, enggak bisa menandingi kaltim,” ucap orang nomor satu di Kaltim itu, pada medio September 2023.

Isran berpendapat, dengan berdirinya dua perusahaan besar, yakni pabrik nikel di Pendingin, Sangasanga, Kutai Kartanegara dan pabrik semen di Kutai Timur, bakal memicu produktivitas yang lebih moncer lagi di sektor ekspor.

Menanggapi hal ini, Ketua DPD Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim, Mohammad Hamzah, memberi apresiasi atas kinerja Kaltim di ranah ekspor.

Menurutnya, kemampuan Kaltim untuk menggenjot nilai ekspor masih punya potensi lebih besar. Terlebih, pada bidang pengelolaan sumber daya alam, pemerintah bersama pengusaha daerah terus bersinergi.

“Misalnya, penetapan tarif bongkar muat di Pelabuhan Muara Berau. Itukan memberikan kepastian untuk pengusaha. Dan juga, pemerintah,” terang Hamzah.

Hamzah melanjutkan, salah satu sektor yang perlu diberi perhatian khusus terkait ekspor adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Menurutnya, hal ini dapat jadi alternatif atas ketergantungan pada sektor pertambangan, utamanya batu bara.

Pengembangan UMKM bisa meliputi berbagai level. Mulai dari subsistem, kesadaran digital, dan menghadirkan ekspo UMKM.

“Biasanya kendala ekspor UMKM itu berkenaan dengan mutu produk, modal, keahlian, bahan baku, dan pangsa pasar,” terangnya.

Terkait hal tersebut, kata Hamzah, GPEI berkomitmen membantu UMKM agar bisa menyuguhkan barang siap ekspor. Terlebih, tujuan organisasi yang dinahkodainya itu, hadir untuk menaungi pelaku usaha dalam bisnis ekspor.

“Saya ingin, UMKM ini lebih aktif. Bersama-sama jalan. Nggak usah mikir hambatannya. Ayo bersama-sama menemukan pangsa pasar bersama. Dan, menggali produk apa yang dibutuhkan di negara lain,” pungkasnya.

Sumber: Prolog.co.id

Berita Lainnya