Samarinda – Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memliki beberapa produk ekspor non migas. Terbagi ke dalam 3 jenis produk. Yakni, produk primer, manufaktur, dan kreatif. Produk ini dinilai potensial dikembangkan untuk menembus pasar dunia yang lebih luas.
Mengacu pada data dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang dikutip dari Statistics Indonesia, produk primer meliputi udang beku, kepiting segar, dan udang kemasan. Kemudian produk manufaktur ada kain perca, kapal penyelamat, serta setelan, jas, ensemble, blazer, dan celana panjang pria.
Terakhir, di produk kreatif meliputi kerajinan patung dan ornamen keramik, tas kulit lainnya, dan produk lainnya.
Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI, Aksamil Khair mengungkapkan, ada sejumlah negara yang menjadi pasar ekspor utama Kaltim.
Mulai Tiongkok (25,66 persen) USD 8,59 miliar, India (17,14 persen) USD 5,73 miliar, Jepang (11,35 persen) USD 3,80 miliar, Filipina (10,33 persen) USD 3,46 miliar, Taiwan (6,04 persen) USD 2,02 miliar, Malaysia (5,66 persen) USD 1,89 miliar, Korea Selatan (4,35 persen) USD 1,45 miliar, Bangladesh (3,18 persen) USD 1,07 miliar, Thailand (2,51 persen) USD 838,7 juta, Vietnam (2,35 persen) USD 787,6 juta, Hong Kong (1,59 persen) USD 532,4 juta.
“Permintaan dunia terhadap produk unggulan UMKM Kaltim itu ada banyak. Mulai dari makanan olahan, kain perca, kerajinan, udang beku, hingga kopi dan kopi olahan,” ungkap Aksamil saat menyambangi Kantor Perwakilaan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltim beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Aksamil menyebut ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang keluar daerah pabean sesuai dengan UU Kepabeanan. Barang ekspor juga sudah harus diajukan untuk pemberitahuan ekspor barang dan telah mendapat nomor pendaftaran.
Terpisah, Ketua DPD Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim, Mohammad Hamzah menjelaskan bahwa sektor peternakan, perikanan, hingga perkebunan di Kaltim sangat potensial untuk dilakukan ekspor.
“Contoh peternakan. Salah satu kesulitan peternak-peternak di Jawa itu pakan. Pakan itu jadi barang yang langka di sana karena lahannya terbatas. Di Kaltim, lahan melimpah. Pakan melimpah,” ungkap Hamzah kepada prolog.co.id.
Hamzah juga mencontohkan kerajinan mebel yang berbahan dasar kayu. Kaltim sebenarnya bisa memaksimalkan ekspor di sektor yang satu ini, namun perlu beberapa hal untuk bisa dioptimalkan lebih lanjut.
“Mebel itu tempatnya kayu. Tapi kan enggak ada diklat atau pelatihannya. Ujung-ujungnya kita mengambil pekerja dari luar untuk bekerja di Kaltim,” sambung Hamzah.
Menurut Hamzah, kurangnya diklat atau pelatihan tersebut karena yang melaksanakannya tidak paham dan tidak berunding dengan pelaku usaha. Padahal menurutnya, sangat penting mengetahui sektor apa yang paling menjanjikan untuk diekspor dari Kaltim. Setelah itu, barulah diklat atau pelatihannya bisa maksimal terlaksana.
“Setelah diklat atau pelatihan itu juga kan mesti ada program lanjutannya. Sehingga bisa menciptakan wirausaha,” ujar Hamzah lagi.
Terlepas dari itu, mengenai produk unggulan UMKM Kaltim, GPEI Kaltim berpendapat agar bisa memprioritaskan dan mengunggulkan sektor-sektor di pertanian, peternakan, hingga perikanan. Sedangkan untuk sektor kerajinan, menurutnya tetap bisa dikembangkan tapi tidak dijadikan sebagai unggulan.
“Kerajinan itu tetap harus jadi identitas Kaltim dan dibina. Tapi jangan dijadikan unggulan, peminatnya tidak banyak. Beda dengan sektor sandang, pangan, papan itu banyak yang minat,” tandasnya.
Sumber: Prolog