Samarinda – Ikan gabus atau masyarakat lokal menyebutnya iwak haruan sangat umum ditemukan di Kalimantan Timur (Kaltim). Ibarat batu bara, jumlah ikan gabus di Benua Etam melimpah ruah. Ikan ini pun dianggap memliki nilai ekonomis.
Ikan gabus nyaris bisa dijumpai di perairan dangkal berkedalaman 1-2 meter dengan arus tenang, seperti sungai, danau, kolam, rawa, saluran air, hingga persawahan.
Ikan yang menghuni air tawar dan payau ini punya kemampuan bertahan hidup tinggi. Bukan hanya di perairan jernih, ia juga mampu hidup di air keruh atau berlumpur, dengan kadar oksigen yang rendah dan pH air 4,5-5 (bersifat asam). Itu karena ikan gabus bisa bernapas langsung dari udara.
“Ikan gabus punya alat pernapasan tambahan, membuatnya tetap hidup sampai kondisi yang minim oksigen,” kata Profesor Esti Handayani Hardi, selaku Akademisi Universitas Mulawarman (Unmul).
Fisik ikan gabus juga kuat. Tubuhnya panjang dengan warna hitam-kecoklatan di bagian atas dan putih di bagian bawah. Dilengkapi sirip pada bagian punggung, perut, dan dada. Sisiknya pun besar.
“Ikan gabus punya pertahanan yang kuat, relatif jarang terinfeksi patogen (virus yang biasa menjangkiti ikan),” terang Esti.
“Hewan ini juga punya sistem imun yang kuat. Dilihat dari produksi sel darah merah dan sel darah putihnya,” tambahnya.
Kendati demikian, budidaya ikan ini di Kaltim jarang ditemukan. Padahal, ikan yang punya nama ilmiah channa striata ini punya nilai ekonomis tinggi.
Menurut Esti, ikan ini dicari sejumlah orang karena punya segudang manfaat jika dikonsumsi manusia.
“Ikan ini mengandung albumin yang tinggi. Nutrisi itu membantu mempercepat penyembuhan luka dan meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara protein hewaninya bisa meningkatkan nafsu makan. Baik untuk pertumbuhan anak,” jelas Esti.
Esti juga berpendapat, bila dikemas dengan baik, ikan air tawar ini bisa jadi komoditi bernilai ekspor. “Misalnya membuat fillet ikan gabus yang berukuran besar. Sehingga bisa diterima banyak negara, yang senang mengonsumsi ikan,” ungkapnya.
Menurut Esti, upaya menyebarluaskan ini butuh dukungan banyak pihak. Tak hanya masyarakat, tapi juga pemerintah.
Di sisi lain, Ketua DPD Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim, Mohammad Hamzah meyakini bahwa semua produk perikanan itu laris manis di bidang ekspor.
“Apalagi ikan gabus yang favorit dan punya manfaat,” kata Hamzah.
Hanya saja, menurut Hamzah ada pelbagai hal yang perlu ditelaah lebih jauh mengenai upaya budidaya. Di antaranya kecepatan produksi pengembangbiakannya.
“Ini jadi pertimbangan. Bagaimana kecepatan produksinya, kebutuhan pakannya tinggi atau tidak. Itu yang perlu ditinjau,” sebutnya.
Hamzah melanjutkan, secara prinsip produk perikanan itu diminati seluruh masyarakat dunia. Akan tetapi yang perlu diingat, ekspor bertujuan untuk mendapatkan harga lebih tinggi daripada harga di domestik.
Sumber: Prolog.co.id