Pelatihan Bagi Pelaku UMKM yang Hendak Ekspor Perlu Ditingkatkan

Ketua DPD GPEI Kaltim, M Hamzah. (Dok Prolog)
Ketua DPD GPEI Kaltim, M Hamzah. (Dok Prolog)

Samarinda – Per Juli 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim menyebutkan nilai ekspor Kaltim mencapai USD 1,76 miliar. Angka tersebut menunjukkan penurunan hingga 9,85 persen dibandingkan dengan nilai ekspor pada Juni 2023.

Jika dibandingkan dengan periode Juli 2023, terjadi penurunan sebesar 51,09 persen. Kepala BPS Kaltim, Yusniar Juliana mengatakan, ada beberapa faktor yang memengaruhi dinamika perdagangan internasional di Kaltim. Salah satunya soal kenaikan harga batu bara yang terjadi pada akhir Juli 2023.

“Kenaikan ini sejalan dengan tingginya permintaan dari Tiongkok, yang baru-baru ini mengakhiri larangan impor batu bara dari Australia,” jelas Yusniar dalam keterangan resminya.

Salah satu yang menarik karena adanya ekspor perdana komoditas kepiting hidup asal Balikpapan ke pasar Singapura. Kejadian ini ikut mempengaruhi dinamika perdagangan internasional di Kaltim pada Juli 2023.

Selain itu, peningkatan harga minyak mentah utama juga terjadi di pasar internasional. Termasuk pengetatan pasokan minyak global dipengaruhi oleh pemangkasan produksi dari OPEC+, terutama dari Arab Saudi dan Rusia.

“Tidak hanya itu, harga referensi Crude Palm Oil (CPO) juga meningkat akibat beberapa faktor. Salah satunya, kekhawatiran terhadap penurunan produksi CPO karena cuaca kering dan panas, serta peningkatan impor CPO di India,” sambungnya.

Kendati begitu, demi meningkatkan tren ekspor ke Kaltim, diperlukan berbagai upaya dari berbagai pihak. Apalagi, pengusaha ekspor juga banyak yang datang dari kalangan UMKM.

Ketua DPD Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim, M Hamzah mengatakan perlu adanya banyak pelatihan untuk meningkatkan kemampuan calon pengusaha ekspor dari UMKM. Menurutnya, alangkah lebih baik pula bagi penyelenggara pelatihan untuk berunding dengan pelaku usaha.

“Komunikasi dengan pelaku usaha ini penting agar semuanya bisa sama-sama tahu terkait sektor apa yang diperlukan,” ungkap Hamzah.

Keterlibatan pelaku usaha dianggap penting dalam pelatihan. Sebab, selain bisa mengedukasi, pelaku usaha yang sudah malang melintang di dunia ekspor bisa membagikan pengalamannya ke pelaku usaha yang tengah berusaha untuk bisa ekspor.

Menurutnya, selama ini diklat atau pelatihan memang sudah ada yang terlaksana ke pelaku usaha. Namun, dari diklat tersebut perlu ada program lanjutan yang dimaksimalkan. Sehingga bisa menciptakan jiwa dan mental wirausaha yang baik bagi yang punya kompetensi.

“Setelah diklat itu kan mesti ada program lanjutannya. Sehingga bisa menciptakan jiwa wirausaha. Mentalnya terbentuk,” tandasnya.

Sumber: Prolog

Berita Lainnya