Samarinda – Ketergantungan pada sektor pertambangan, utamanya batu bara jadi tantangan terbesar Kaltim. Beberapa alternatif dicanangkan. Salah satunya menggarap industri usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Melancarkan aktivitas ekspor di sektor UMKM dinilai paling potensial. Merujuk data dari hasil pemetaan Pemprov Kaltim, yang disiarkan lewat www.kaltimprov.go.id, ada 307.343 UMKM aktif di Benua Etam.
UMKM tersebut berasal dari berbagai subsektor; 297.207 usaha mikro, 9.440 usaha kecil dan 696 usaha menengah.
Masih dari data tersebut, UMKM aktif yang bergerak di bidang kuliner ada 83.996 unit, industri pengolahan 13.921 unit, industri kerajinan 1.573 unit, perdagangan 169.142 unit, dan jasa sebanyak 28.711 unit.
Bahkan, nilai ekspor dari UKM industri kreatif mencapai total ekspor Rp7,6 miliar. Produk kreatif yang diekspor meliputi aksesoris manik-manik, batu, lidi nipah, amplang, pisang, kerajinan rotan dan mandau.
Tujuan komoditi ekspor industri kerajinan ini pun telah terpetakan. Mulai Amerika, Malaysia, India hingga Brunei Darussalam.
Menurut Ketua DPD Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim, Mohammad Hamzah, sektor UMKM jadi pilihan realistis untuk menggantikan ekspansi ekspor batu bara.
“Karena masih banyak produk UMKM yang ada belum diekspor,” kata Hamzah, kepada Prolog.co.id. Ia menambahkan, upaya terdekat yang bisa menciptakan produk siap jual di pasar internasional adalah pengembangan UMKM.
Pengembangan UMKM dimaksud Hamzah meliputi berbagai level. Mulai dari subsistem, kesadaran digital, dan menghadirkan ekspo UMKM.
“Biasanya kendala ekspor UMKM itu berkenaan dengan mutu produk, modal, keahlian, bahan baku, dan pangsa pasar,” terangnya.
Terkait hal tersebut, kata Hamzah, GPEI berkomitmen membantu UMKM agar bisa menyuguhkan barang siap ekspor. Terlebih, tujuan organisasi yang dinahkodainya itu, hadir untuk menaungi pelaku usaha dalam bisnis ekspor.
“Saya ingin, UMKM ini lebih aktif. Bersama-sama jalan. Nggak usah mikir hambatannya. Ayo bersama-sama menemukan pangsa pasar bersama. Dan, menggali produk apa yang dibutuhkan di negara lain,” tandasnya.
Sumber: Prolog.co.id