Pisang dari Kutim Ekspor Sampai Malaysia, GPEI Kaltim: Diskusikan Pengembangan Produk dengan Lintas Sektor

Pisang di Kutim yang sudah dieskpor hingga Malaysia. (IST)

Samarinda – Komoditas pisang berkembang pesat di Kutai Timur (Kutim), Kaltim. Dikutip dari laman resmi Pemprov Kaltim, pada 2021 lalu dilakukan pengembangan sentra kawasan pisang. Khususnya pisang kepok gerecek seluas 75 hektar di Kutim.

2019 lalu, Kutim mampu memproduksi 47.452 ton dan pada 2020 meningkat hingga 49.559 ton. Namun secara keseluruhan, produksi pisang di Kaltim pada 2019 mencapai 103.888 ton dan 2020 menurun hingga 89.861 ton.

Selanjutnya, luas tanam baru pada tahun anggaran 2019 mencapai 143.805 rumpun dan tahun anggaran 2020 meningkat hingga 579.415 rumpun. Sementara luas tanam menghasilkan 2019 1.626.690 rumpun dan 2020 sebanyak 1.301.311 rumpun.

Sebagai informasi, komoditas pisang di Kaltim sudah banyak yang dikirim ke berbagai provinsi dan diekspor ke Malaysia. Terkait melimpahnya pisang di Kutim, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim sempat membuat pengkajian tentang pengolahan tepung pisang.

“Kami melihat dari investasi. Baru dari situ dilihat nilainya. Misal, oh ini cocoknya dibikin rumah produksi saja atau dibikin hilirisasi yang besar,” ungkap Kabid Perencanaan Pengembangan Iklim Penanaman Modal DPMPTSP Kaltim, Riawati.

Kendati begitu, Riawati menyebut tetap ada kendala ketika pihaknya ingin menyusun hilirisasi yang besar. Apalagi, investor pasti bertanya terkait keuntungan yang akan didapatkannya ketika berinvestasi di sektor pertanian, khususnya pisang.

“Harapan kami, yang dijual itu jangan sekadar pisang atau keripik pisang saja. Tapi bisa bikin jadi produksi olahan lain seperti bubur bayi atau apa. Kita masih bisa meningkatkan nilai jual,” ujar Riawati lagi.

Dia berharap, Kaltim tak berhenti sampai membuat bahan baku. Hal ini berpengaruh bagi pihaknya yang harus meyakinkan calon investor.

Sejauh ini, ujarnya, produk olahan dari pisang memang sudah ada. Namun jenis produknya belum terlalu dikembangkan. Dari situ, pihaknya akan menilai apakah akan membuat rumah produksi atau membangunnya dalam skala lebih besar.

“Kalau kendala skala besar itu, kalau dia mau bikin hilirisasi, dia pasti ingin ada kepastian bahan baku. Nah pasti nanti ujung-ujungnya mereka harus menguasai hulu,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua DPD Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim, Mohammad Hamzah menyebutkan, komoditas pisang sangat bagus. Sebab pisang merupakan produk yang bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan. Bukan hanya untuk pangan.

“Pisang itu pembelinya juga banyak. Tapi ya harus terstandar,” jelas Hamzah.

Kendati demikian, Hamzah juga sependapat agar pisang bisa diproduksi menjadi berbagai macam olahan yang mampu meningkatkan nilai jual. Namun tentu tak sesederhana itu untuk mengembangkan suatu produk.

Salah satu caranya bisa berkoordinasi dengan pihak-pihak yang paham mengenai pengolahan makanan, contohnya Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Menurutnya, pihak tersebut memahami terkait pisang bisa diolah menjadi apa saja.

“Jadi, bicara ekspor dan perdagangan itu mesti lintas sektor. Pisang kan bisa diolah berbagai macam. Ya misalnya untuk kosmetik, suplemen, hingga obat-obatan,” tandasnya.

Sumber: Prolog

Berita Lainnya