Samarinda – Sarang burung walet menjadi komoditas potensial yang dimiliki Kalimantan Timur (Kaltim) untuk menembus pasar ekspor. Sayangnya fasilitas penunjang untuk mendongkrak nilai komoditas ini sangat minim di Benua Etam.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) Kaltim, Heni Purwaningsih menerangkan jumlah produksi dan penjualan sarang burung walet di Kaltim setiap tahunnya cukup tinggi, berkisar 200-300 ton. Namun, penjualan komoditas itu hanya pada tingkat domestik.
“Dijual kotor itu mungkin Rp 10 jutaan per kilo. Kalau sudah bersih, bisa sampai Rp 18 juta atau Rp 20 juta per kilo, tergantung grade-nya,” kata Heni.
Belum mampunya komoditas sarang burung walet asal Benua Etam untuk menembus pasar yang lebih luas dinilai karena terbatasnya sarana dan prasarana. Salah satunya, fasilitas pengolahannya.
“Selama ini, (pembudidaya) memperdagangkan sampai ke Pulau Jawa. Di sana itu sudah dicuci, baru mereka ekspor,” ucapnya.
Menurut Heni, untuk dapat menembus pasar yang lebih luas, termasuk pasar ekspor, rumah pengolahan menjadi syaratnya. Sebab, rumah pengolahan menjadi tempat untuk meningkatkan kualitas dari komoditas potensial tersebut. Ia pun mendorong berbagai pihak terkait agar bisa memaksimal potensi tinggi dari komoditas tersebut.
“Hampir semua kabupaten dan kota di Kaltim punya budidaya sarang walet. Kalau itu bisa dikelola di sini, bayangkan nilai tambah yang akan diperoleh,” tandasnya.
Hal senada disampaikan Ketua DPD Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim, Mohammad Hamzah. Ia menilai, rumah pengolahan sarang burung walet adalah kunci membangun indsutri tersebut. Selain itu, kebijakan dari pemerintah yang mengatur penjualan dari komoditas potensial tersebut juga perlu diciptakan.
“Artinya jika Kaltim menginginkan ekspor berlangsung mau tidak mau harus membuat peraturan gubernur yang melarang walet kotor keluar dari Kaltim,” tegas Hamzah.
Peraturan tersebut, lanjut Hamzah, dapat disinergikan dengan simpul-simpul logistik. Sehingga penyusunan aturannya dibuat secara berjenjang yang mengacu pada kondisi tertentu.
“Kalau sudah tersedia industri pencucian sarang burung walet, ada standarisasi untuk ekspor,” ucapnya.
Di sisi lain, Hamzah memastikan kalau kualitas yang ada saat ini dicap baik di tingkat nasional.
“Saya yakin akan terbentuk klaster-klaster ekonomi industri sarang burung walet. Dan ini akan meningkatkan dari satu ton hingga lima ton per hari. Buyer nasional pun akan datang ke Kaltim untuk membeli,” pungkasnya.
Sumber: Prolog.co.id
Sarang Burung Walet, Komoditas Potensial Kaltim Menembus Pasar Ekspor
Facebook
Linkedin
Twitter
WhatsApp