JAKARTA – Kebijakan tarif tinggi yang diterapkan Amerika Serikat terhadap produk Indonesia dinilai menjadi peringatan keras bagi arah ekspor nasional.
Ketua Umum DPP Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Benny Soetrisno, menilai kondisi ini seharusnya menjadi momentum untuk mengakhiri ketergantungan terhadap satu pasar utama.
Benny menyampaikan pandangan tersebut dalam President Club Business Forum yang digelar di President Lounge, Menara Batavia, Jakarta, Rabu (28/5/2025). Forum ini mengusung tema “Meraih Peluang Bisnis di Era Kebijakan Tarif Trump” dan menghadirkan sejumlah tokoh dari kalangan industri dan pemerintahan.
Menurut Benny, tarif balasan yang diberlakukan AS sejak April 2025—yang mencapai 32 persen untuk sejumlah produk Indonesia—telah melemahkan daya saing ekspor nasional di pasar global.
“Tarif yang dikenakan terhadap produk Indonesia, yang mencapai 32 persen, merupakan salah satu yang tertinggi. Ini menjadi tantangan serius bagi daya saing kita,” ujar Benny.
Ia menilai ketergantungan Indonesia pada satu atau dua negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat telah menjadi titik lemah yang selama ini diabaikan. Untuk itu, Benny mengajak pelaku usaha dan pemerintah mendorong percepatan diversifikasi pasar, terutama ke kawasan ASEAN, Timur Tengah, dan Uni Eropa.
“Sudah saatnya kita beranjak dari ketergantungan pada satu atau dua pasar, dan mulai memperkuat basis ekspor yang bernilai tambah,” tuturnya.
Selain itu, Benny menekankan pentingnya dukungan konkret dari pemerintah agar Indonesia tidak tergeser dalam peta perdagangan global. Ia menyebut insentif fiskal, pembiayaan ekspor, dan penguatan kapasitas UMKM sebagai langkah mendesak yang perlu dipercepat.
“Kita perlu respons yang terarah dan cepat agar posisi Indonesia tidak tergeser di pasar global,” imbuhnya.
Forum yang dipandu jurnalis senior Budiman Tanuredjo ini juga menghadirkan Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Nurul Ichwan. Ia menyoroti pentingnya menjaga arus investasi strategis untuk menopang pertumbuhan ekonomi menuju visi Indonesia Emas 2045.
Sementara itu, CEO Jababeka Group, S.D. Darmono, mendorong percepatan pembangunan kawasan industri terpadu sebagai basis hilirisasi dan ekspor produk nasional.
Diskusi berlangsung dalam suasana hangat dan sarat gagasan. President Club Business Forum kembali menegaskan perannya sebagai jembatan strategis antara pelaku usaha dan pengambil kebijakan untuk menjawab tantangan proteksionisme global dengan solusi yang konkret. (*)