GPEI Kaltim Ingin Wisata Delta Mahakam Tumbuh Lewat Kelembagaan Warga

KUTAI KARTANEGARA – Di aliran Delta Mahakam yang tenang, Handil Terusan mulai dikenal sebagai surga baru bagi pemancing. Desa pesisir ini menawarkan lanskap perairan yang unik, dengan kanal-kanal kecil, pulau-pulau endapan sungai, dan laut terbuka yang langsung mengarah ke Selat Makassar.

Selama dua tahun terakhir, warga Handil Terusan mengelola wisata mancing secara mandiri. Komunitas Delta Mahakam menjadi tulang punggung aktivitas itu, dengan armada sekitar 30 kapal dan para kapten lokal yang sudah terbiasa mengarungi sungai dan laut.

Pengalaman yang ditawarkan bukan sekadar memancing. Wisatawan bisa menikmati suasana liar dan alami. Mereka menjelajahi perairan yang belum tercemar, memburu ikan-ikan favorit seperti Giant Trevally, Barakuda, Kerapu, Kakap, hingga Baramundi.

Saparuddin, salah satu penggerak komunitas, menyebut wisata ini sudah menarik minat pemancing dari luar daerah. Bahkan, seorang pengunjung dari Rusia datang khusus hanya untuk memancing selama dua hari penuh.

“Sudah dua tahun kami jalankan, dan alhamdulillah respon dari pengunjung sangat positif. Banyak yang datang bukan hanya dari sekitar Kaltim, tapi juga dari luar daerah yang memang hobi mancing,” ujar Sapar.

Namun, pengelolaan masih bersandar sepenuhnya pada swadaya warga. Fasilitas belum memadai. Akses BBM bersubsidi belum tersedia untuk kapal wisata. Kelembagaan resmi juga belum terbentuk.

Situasi ini menjadi perhatian Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Kalimantan Timur. Sekretaris GPEI Kaltim, Hasrun Jaya, melakukan peninjauan langsung ke Handil Terusan dan menyampaikan perlunya pembenahan kelembagaan agar pengelolaan lebih berkelanjutan.

“Unit usaha wisata ini perlu dikelola secara kolektif, seperti dalam bentuk koperasi atau usaha bersama masyarakat, agar legalitas, distribusi manfaat, dan pengembangan ke depan lebih terstruktur,” kata Hasrun.

Ia juga menyoroti pentingnya peningkatan aspek keselamatan. Ia mendorong agar setiap kapal wisata dilengkapi pelampung dan sistem pemantauan berbasis perangkat navigasi.

“Wajib ada jaket pelampung bagi setiap pengunjung, dan kapal-kapal wisata juga perlu dilengkapi Vessel Monitoring System atau VMS,” tegasnya.

Sinyal komunikasi tidak tersedia di sebagian besar wilayah Delta Mahakam. Itu sebabnya pemantauan berbasis navigasi dianggap penting demi menjamin keselamatan.

Dalam kunjungan itu, Hasrun sempat menyaksikan momen langka. Sekelompok Pesut Mahakam muncul ke permukaan sungai, memperlihatkan bahwa kawasan ini masih alami dan bernilai konservasi tinggi.

“Itu pengalaman yang sangat berharga. Melihat langsung Pesut Mahakam berkelompok di habitat aslinya adalah momen yang jarang sekali bisa ditemui,” ujarnya.

Wisata yang ditawarkan komunitas tak berhenti pada aktivitas mancing. Wisatawan juga diajak menikmati hasil tangkapan bersama warga. Makan ikan segar di dapur-dapur terbuka menjadi bagian dari pengalaman yang banyak dirindukan pengunjung.

Kini warga Handil Terusan terus berbenah. Komunitas membuka diri untuk kerja sama lintas sektor dan menyusun arah pengembangan jangka panjang yang tetap menjaga kelestarian alam. (*)

Berita Lainnya